Jumat, 13 Februari 2009

Bloody Rose (part 3)

Waktu cepat berlalu. Malam-malam semakin cepat terlewati. Dan entah mengapa, Bloody Rose sedikit demi sedikit mulai jarang terdengar beritanya.



"Akhir2 ini, berita tentang Bloody Rose mulai jarang kedengaran, yah?" Tanya Yuna, membuka topik pembicaraan siang.

"Kamu masih mau ngelanjutin rencana gila-mu itu, Anna?" Tanya Erika seraya melahap kaarage-nya.

Anna yang masih menikmati roti melon, hanya berkata dengan singkat, "Tentu saja,"

Wajah Erika pucat pasi.

"Pesta-mu dipertaruhkan, Erika," Ujar Yuna datar.

* * *

Teluk Tokyo, 10.00 p.m

Malam semakin larut. Di tengah2 teluk, sebuah kapal pesiar mewah, membawa berpuluh-puluh pengunjung untuk menikmati pesat keluarga Himemiya, pesta yg diadakan oleh keluarga Erika.

"Bentar lagi..." Kata Yuuta di tengah2 pesta, "Bisa ketemu Bloody Rose~"

Yuna dan Erika menjitak Yuuta bersamaan. "Nyawa Anna taruhannya tau!" Bentak Erika. Anna tertawa, "Tenang saja. Dy pasti nggak akan membunuhku,"

Yuuta, Yuna dan Erika diam. Mereka menatap Anna bingung seraya bertanya-tanya dalam hati, "Yakin banget?!" Anna hanya tersenyum. Yah, hanya tersenyum.


12.00 p.m

Suasana pesta masih tampak damai. Belum ada tanda-tanda Bloody Rose akan datang. Erika dan Yuna menarik nafas lega. Namun sebaliknya, Anna dan Yuuta tampak cemas.

"Aku cari udara segar dulu," Kata Anna. Gadis itu kemudian menuju buritan kapal.

Anna menghela nafas berkali-kali. "Dy tidak datang," Keluhnya. Beberapa detik kemudian, dy mencium aroma yg pernah dy ketaui sebelumnya. "Mawar!" Anna segera menoleh dan berlari, menacari sang pemilik aroma mawar tersebut.

10 minute later,
Dy ada di atas kapal. Memandang dari bawah. Mengincar "mangsa" malam ini. Atas permintaan seseorang yg tidak dikenalnya, dy hrs membunuh pria itu. Dy tak tau siapa yg memintanya. Namun, dy tak peduli. Baginya, asal "membunuh" akan terbuka "jalan" untuk mencari apa yg dia inginkan.

"Sedang mencari seseorang, Mr. Bloody Rose?" Tiba-tiba, terdengar suara seorang gadis di belakangnya. Dy menoleh. Gadis itu, mengenakan gaun malam yg indah. Tidak terlalu berlebihan. Gadis itu tampak serius, "Apa harus aku memanggilmu Jun?"

Dy, Bloody Rose, terhenyak mendengar ucapan gadis itu. "Anna?!"

Sang gadis, Anna, cuma memandangnya dengan ekspresi serius, "Aku... selamanya nggak bisa kamu tipu!"

"Jangan-jangan, permintaan ini..."

"Ya, aku yg minta. Ada hal yg ingin kupastikan,"

Bloody Rose alias Jun, berjalan mendekati Anna. Kemudian memegang kedua bahu gadis itu, "Bodoh! Untung saja aku mengetahui tipuanmu dengan cepat. Kalau tidak, aq pasti sudah membunuh pria yg kau sebutkan di pesan itu!"

"Tidak ada, kok! Sebenarnya, tidak ada yg namanya seperti yg kutulis dipesan itu di pesta ini,"

"Anna!"

Anna memandang Jun dengan tatapan amarah, "Sejak dulu, kamu nggak bisa menipuku. Dan aku selalu percaya, tak ada yg bisa kau sembunyikan dariku, Jun,"

Jun diam. Namun, dia menatap Anna dengan tatapan yg dalam, "Bodoh,"

Anna melanjutkan kata2nya, "Lagian juga, kamu pake trade mark kok gampang bgt diketaui! Bunga mawar kan trade mark-q,"

Kali ini Jun bengong. Anna masih cerewet, "Sikapmu menebarkan kelopak mawar, juga khas bgt tau! Lagian, pake nama kok Bloody Rose. Mana kecewekan banget, mengotori nama baik bunga Mawar pula!"

Jun membekap mulut Anna dengan tangannya, "Anna, diam. Aq nggak bisa mengatakan apa-apa sama kamu. Soal bunga mawar, itu kan spontan. Dan emang hal itu terjadi gara2 kebiasaan itu. Dan soal masalah kamu nggak bisa kutipu, itu kuakui. Tapi..."

Anna menatap Jun dengan pandangan berkaca-kaca. Mengharapkan jawaban lebih darinya. Namun, Jun berkata, "Maaf, aku nggak bisa menjelaskan semua ini padamu,"

Cowok itu kemudian pergi. Entah dengan cara apa, namun dy menghilang bgitu saja di saat Anna masih dalam pikiran kosong, mencerna setiap kata-katanya.

Begitu tersedar, Anna mencari-cari sosoknya. "JUN! JUUUNN!!!!"

Namun, hingga akhir, Jun tak jugha ditemukan.

* * *

"Akhir2 ini, Anna murung, yah?" Tanya Yuna yang memandang Anna dari kejahuan. Anna berada melamun di pinggir jendela.

"Mungkin, karena tempo hari nggak ketemu sama Bloody Rose itu. Ato... bisa jugha, gara2 Jun pindah nggak bilang2," Tebak Yuuta.

Erika tak berkomentar. Dy jugha seperti yg lainnya, tak tau apa isi hati Anna. Namun, dy mengerti, hati gadis itu terluka dan terkoyak.

<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

Anna berhenti ketika berada di jalan tepian sungai. Di menatap ke arah tepian sungai. Dy ingat, di sinilah dulu dy mulai berpikir perihal Bloody Rose. Kini, Bloody Rose tak lagi gempar di kota ini. Namun, Anna yakin, mungkin dy melakukan kegemparan di kota lain. Entah dengan nama yg sama atau tidak. Hujan kini telah berhenti. Bunga mawarnya sedikit demi sedikit mulai berguguran. Gadis itu kehilangan keseimbangan dan akan jatuh ke tepian sungai yg jalannya menurun tajam. Namun, seseorang menahannya. Dan Anna merasa, mengenal dirinya. Walau dy tak melihat sosoknya dengan jelas, namun, dy bisa merasakan sosoknya yg sangat dy kenal. Sosok yg berbeda bagi dirinya. Anna tersenyum lemah, "Sudah kuduga, kau pasti akan kembali..."


-- The End --



Friendster Layouts

3 komentar :

  1. Fauzia Ramadhanti mengatakan...

    bener kata eri... gantung...
    tpi bagus deh critanya...
    klo jdi anime pasti keren tuh...
    usahain supaya bisa jdi anime yah... tpi dipanjangin critanya...

  2. Eri Fin DinaShia mengatakan...

    Yah, sebenarnya ini perkembangan cerita yg pernah Eri bayangin. Nggak ya' gini, sich awalnya. Yaaah... kalo inget, Eri panjangin, dech. *nggak janji, sich* =))

  3. Anonim mengatakan...

    ri, coba mulai menulis dengan tata baku sebuah cerpen. misalnya kalau ada kalimat langsung, maka harus mulai paragraf baru.
    ada beberapa alasan kenapa bakunya seperti itu. antara lain agar pembaca mudah mengenali antara kalimat langsung dan ga langsung.
    trus juga biar mata mudah mengenali sampai di mana kita membaca. apalagi kalau membacanya di screen komputer, rada susah kan :)

    keep writing, kid!