In The Raining Day... Part#2
Bu Mayumi sedang menjelaskan tentang kehidupan zaman Edo saat aku sedang memikirkan siapa yang tega berbuat begitu terhadap kebunku. Otakku sama sekali tidak bisa konsentrasi pada pelajaran saat itu. Aku jadi teringat lagi saat Yuu datang ke rumahku tadi malam.
"Kamu tahu siapa yang melakukannya?"Tanyaku bergetar. "Si... siapa?"
Yuu menggeleng."Entahlah,"katanya datar, meski bisa terihat di wajahnya kalau dia sedang bersedih.
"La...lalu bagaimana ini? Bi...bisa-bisa kita gagal ikut lomba...,"desisku. Aku menyerahkan ember kumal itu pada Yuu.
"Aku rasa, pelakunya itu anak di sekolah lain. Tapi tidak mungkin karena saat itu penjaga sekolah sedang menjaga sekolah. Pak Kepala Sekolah kan sudah menyiapkan penjaga khusus sejak kita bilang kita ikut lomba itu."Tampaknya Yuu masih tidak percaya dengan hal itu. Kelihatannya dia sangat terpukul.
"Ah, kamu mau masuk ke rumah? Di sini dingin. Kamu bisa masuk angin nanti,"ajakku sambil membukakan pintu rumah padanya. Dia tersenyum kecut. Aku hanya terpana.
"Tidak, terimakasih."
"Eee, hal ini sudah kau beritahukan kepada anak-anak yang lain?"Tanyaku. Dia menggeleng.
"Belum, sehabis ini akan kuberitahu."
"Kenapa tidak lewat telepon saja?"
"Aku kan tidak tahu nomor telepon mereka. Kalau aku telepon ke nomor ponsel mereka, nanti dikira yang tidak-tidak."
"Aku mengerti. Tapi setidaknya kamu masuk dulu ke rumah. Kan dingin,"ajakku.
"Tidak, aku akan pergi menemui yang lain." Dan dia pun berlari di tengah hujan deras. Sepertinya dia tidak peduli hujan sedang deras atau tidak. Dan hei! Dia tidak memakai payung!
"Kishii! Apa yang dilakukan orang-orang edo pada zaman dulu?"Pikiranku buyar dan saat tersadar, Bu Mayumi sudah ada di depan mukaku.
"Tunduk pada mikado?"Jawabku asal."Atau tunduk pada kaisar?"
"Lain kali, perhatikan pelajaran dengan benar yah. Sebentar lagi ujian kenaikan kelas, dan ini akan masuk dalam soal ujian loh." Bu Mayumi berlalu sambil menjelaskan tentang kehidupan zaman edo lagi.
Aku melempar pandanganku ke arah Yuu. Dia seperti tidak ada semangat.
***
"Segawa! Ayo kita lanjutkan mengerjakan kebunnya!" Ajakku ceria. Aku mencoba bersikap seperti biasa. Tapi dia memandangku tidak bersemangat.
"Tidak, semua sudah berakhir. Hentikan saja,"jawabnya lesu.
"Apaan sih, mana semangatmu? Katanya mau beli motor Harley?"Tanyaku tida puas."Anak-anak yang lain juga setuju untuk bekerja kembali. Jadi, ayo!"
Aku menyeret Yuu sampai ke halaman tempat kebun kami dibuat. Di sana sudah ada Asou, Chika dan yang lain.
"Tuh, kan! Semuanya sudah pada menunggu, mereka bahkan hari ini sangat bersemangat!"Kataku sambil terus memegang lengan Yuu.
"Hoi, Yuu! Kenapa murung begitu, ayo ke sini!" Teriak Asou sambil menanam bunga.
"Mereka..."Yuu terdiam. Aku tersenyum padanya.
"Tuh, benarkan. Mereka semua bersemangat. Masa kau tidak?"Ujarku.
Yuu tersenyum datar. "Baiklah, aku juga akan bekerja."
***
Aku berlari kecil sambil membawa ember ke kebun kami. Aku bernyanyi gembira. Aku tadi membayangkan wajah Yuu yang kembali bersemangat saat bekerja di kebun tadi.
"Hei, mereka nggak kapok juga ya?"Sebuah suara kecil terdengar dari arah kelas kosong di depanku. Aku mengintip dengan hati-hati ke dalamnya. Tampak sekitar 3 orang laki-laki berandalan duduk di meja seperti sedang musyawarah.
"Iya,"kata seorang laki-laki berambut jabrik. "Aku benci sekali dengan Yuu Segawa itu. Entah kenapa dia berkhianat dengan kita dan malah masuk klub membosankan itu."
"Hehehehehe, iya. Lucu sekali, ya. Aku sampai tak percaya kalo dia dulu jadi pemimpin kita dan kita tunduk padanya,"ujar laki-laki yang memakai jaket bertuliskan PUNK.
"Sepertinya dia tertarik dengan cewek bernama Maiko Kishii itu, ya?"Laki-laki berambut panjang sebahu tertawa kecil, menyeramkan bagiku.
"Benar juga, sejak anak bernama Kishii itu bergabung di klub itu, Yuu jadi ikut bergabung ya..."Anak berambut jabrik mengisap rokoknya."Kayaknya dia menyukai cewek itu deh."
"HUH! Dasar bodoh! Menggelikan sekali. Cowok seperti itu jadi menyukai cewek biasa seperti itu,"ujar cowok gondrong, kembali tergelak.
"Makanya kita hancurkan kebun itu kan?"
BRAK!
Ember yang kupegang terjatuh dan mengeluarkan suara yang keras. Ketiga anak laki-laki itu terkejut dan berlari keluar. Dan mereka melihatku!
"Aa... maaf!" Ujarku ketakutan. Tubuhku gemetaran saking takutnya. Ingin sekali aku kabur, tapi kakiku lemas sekali rasanya saking takutnya.
"Hei, dia ini si Kishii itu kan?"Tanya cowok berjaket PUNK kepada dua temannya.
"Iya, dia orangnya. Bagaimana kalau kiita kasih pelajaran?"Si cowok berambut Jabrik itu memegang tanganku.
"Setuju."Dua cowok lainnya mendekatiku. Aku mencoba menutup mata. Aku takut sekali.
"To... Tolong aku!"Teriakku.
"Berhenti kalian!" Aku membuka mataku. Dan ada Yuu di depan.
"Yuu Segawa?!"Teriak cowok berambut jabrik. Ketiga cowok itu mendekat ke arah Yuu.
"Kishii, lari!" Teriak Yuu.
"Tidak bisa..,"gumamku. Maaf, Yuu. Kakiku terlalu lemas untuk berlari.
"Terima ini Segawa!" Ketiga laki-laki itu berkelahi dengan Yuu. Selama beberapa saat aku hanya terbengong melihat perkelahian anat cowok itu. Tapi, aku mengkhawatirkan Yuu. Yuu!
"Dasar bodoh kalian semua!"
Hei, semua cowok itu tumbang!
"Ayo, Kishii. Kita pergi. Mereka tidak akan merusak kebun kita lagi."Yuu membantuku berdiri.
"Se... Segawa. Tahu akan hal itu?"Tanyaku. Dia mengangguk.
"Ya. Aku tahu karena mereka dendam padaku."Yuu tersenyum ramah."Ayo, kita pulang. Kebun kita sudah selesai kita perbaiki. Dan sekarang sudah rapi."
"Syukurlah kalau begitu."
"Mereka tidak akan melakukannya lagi. Aku sudah memperingatkan mereka."
***
Hasilnya sudah keluar! Kami memang tidak bisa meraih ranking pertama, tapi kami bersyukur kami memperoleh ranking kedua. Hadiahnya empat puluh juta Yen. Tapi itu semua sudah cukup.
Di sekolah diadakan pemberian penghargaan kepada kami semua, anggota klub berkebun, sebelum liburan musim panas di mulai. Kami sangat senang sampai-sampai rasanya ingin berteriak.
Sepulang dari sekolah aku berniat pergi ke kebun untuk melihat kembali hasil karya kami, klub berkebun. Ternyata di sana ada yang berpikiran sama denganku. Ya, Yuu ada di sana...
"Kishii, kamu ke sini juga ya?"Tanyanya.
"Begitulah. Rasanya sayang sekali kalau aku melewatkannya."Aku melihat bunga-bunga itu dengan asyik."Bunga-bunganya cantik sekali. Aku sampai-sampai terpesona melihatnya."
"Iya. Memberi semangat. Sama seperti kamu."
Aku terkejut. Yuu mengatakan aku memberi semangat?
Aku menoleh ke arahnya."Aku? Memberi semangat?"Tanyaku.
"Iya. Yuk, pulang." Ia membalikkan badan."Kita pulang bareng yuk?"Ajaknya.
"Ah, baiklah..."Aku bangkit dan berlari kecil menyusulnya.
"Hei, Kishii..."
"Iya?"
"Kamu sudah punya pacar?"
Kok, dia bertanya begitu? Jantungku jadi berdebar-debar tidak keruan.
"Belum. Tidak ada yang mau denganku, sih. Apa karena aku ini jelek, ya?"Aku tertawa kecil, seakan menertawakan diri sendiri.
"Tidak kok. Menurutku kamu itu manis."
"Ha?"Gumamku tak percaya.
"Kamu salah kalau kamu bilang tidak ada yang mau denganmu. Aku mau jadi pacarmu,"Ujar Yuu. Kulihat wajahnya terlihat serius." Aku serius, kamu mau tidak jadi pacarku?"
"Kenapa? Sejak kapan kamu menyukaiku?"Tanyaku dengan wajah memerah.
"Sejak setahun yang lalu," Katanya. "Menurutku kamu itu memberi semangat pada yang lain."
"Aa..."
"Jadi..." Yuu mendekatiku."Kamu mau, jadi pacarku?"
Bagaimana ini?
"A... aku mau..."
Kami terdiam. Saat itulah angin musim semi berhembus. Kelopak-kelopak Sakura mengikuti hembusan angin itu. Aku pun merasakan ada yang hangat di bibirku. Itu Yuu!
END
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
4 komentar :
Sooo.... sweeeeettt..... Aq mau jadi Maiko.... Aq mau jadi ceweknya Yuu~~~ Yuu pasti cakep banget, yaaaah....
ywdh entar klo minmy sempet, minmy buatin deh gambarnya.
>.<
Ayo, eri jga bkin critanya~~~
Ada, kok. Tapi masih di draft XD~~
cepetan tulis!!!
Posting Komentar